Jawa Tengah || bkrinews.or.id/, Pertunjukan A Night at The Orchestra Chapter 4 Dewa19 bersama Ahmad Dhani Philharmonic Orchestra, featuring Ari Lasso, Virzha, Ello, serta bintang tamu Mulan Jameela dan Ardhito Pramono menjadi sajian philharmonic perdana di Solo.
Album grup musik rock Queen, A Night at the Opera seperti menjadi ‘hipogram’ dari konser yang akan digelar di Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Sabtu (27/5/2023) itu.
Philharmonic merupakan sajian setingkat lebih tinggi dibanding orkestra biasa sebab biasanya diiringi lebih dari 50 pemusik.
Sebelum menyuguhkan sajian philharmonic di Solo, Dewa19 bersama Ahmad Dhani Philharmonic Orchestra menggelar konser serupa di Kota Surabaya (chapter 3) dan Jakarta (chapter 1 dan 2).
Pengamat Musik sekaligus Dosen Komunikasi Terapan Sekolah Vokasi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Joko S.
Gombloh, mengatakan philharmonic adalah bentuk puncak orkes ansambel yang besar di musik barat. Sejauh pengamatannya orkes philharmonic baru kali pertama digelar sebab Kota Solo belum punya venue yang memadahi.
Selain tergantung pada konduktor, aransemennya juga bergantung pada tata akustiknya. Tentu saja material utama pada sajian itu adalah lagu-lagu Dewa19 dan bintang tamu yang kemudian digarap secara orkes philharmonic atau hanya menjadi pengiring.
Kelompok philharmonic memang musiman dibentuk sebab industri dan penikmatnya berbeda dengan orkes biasa.
“Kalau memang full philharmony, sependek yang saya tahu, di Solo mungkin baru pertama. Karena untuk orkes phylharmony, Solo belum punya gedung konsernya,” kata Gombloh saat dihubungi Espos, Jumat (26/5/2023) pagi.
Dengan section instrumen komplit, konser ini membutuhkan ruang besar. Termasuk aturan yang berbeda dengan konser musik biasa.
Di antaranya aturan yang ditetapkan oleh Redline Kreasindo adalah aturan berbusana seperti menggunakan gaun atau dress, handbag, sepatu bagi perempuan. Tuxedo, kemeja gelap, batik, celana formal dan sepatu untuk pria. Serta 12 aturan lainnya.
Menurut Gombloh, A Night at The Orchestra Chapter 4 akan menjadi tantangan besar bagi sound engineer konser sebab Edutorium UMS pada dasarnya tak didesain khusus untuk pertunjukan philharmony.
Namun hal itu bisa disiasati dengan rekayasa akustik dan manipulasi elektronik yang bertujuan untuk pengendalian suara, getaran, dan kebisingan.
Tantangan besar bagi engineer untuk menaklukkan Edutorium sebab jelas itu bukan didesain untuk orkestra. Kecuali ada rekayasa ahli akustik bisa disulap jadi tempat philharmony,” katanya.
Ini menjadi awal bagus bagi musik orkestra di Kota Solo namun perlu persiapan lebih lanjut utamanya dari sisi venue sebab philharmony secara absolut punya kelas tersendiri, sajiannya lebih elegan, mewah, berkelas.
“Penontonnya saja tidak bisa sembarangan pakai busana, teratur dan harus patuh. Meski bisa jadi dari sisi penonton bukan penonton orkes murni,” pungkasnya.
Creative Direct, Tiarani Savitri, mengungkapkan venue sudah disiapkan sejak empat hari sebelum konser digelar.
Venue yang besar, luas, dan perlengkapan philharmony memang membutuhkan persiapan yang lebih banyak.
Dengan konsep dan aturan yang sudah ditetapkan, penyelenggara mengatur tata panggung membentang kanan-kiri dengan setup panjang serta rekayasa perangkat sound. Hal itu untuk memastikan penonton nyaman dan meminimalkan blind spot sebab seluruh penonton wajib duduk dengan khidmad.
Tiara menyadari pertunjukan philharmony memang belum akrab di masyarakat. Apa lagi ini menjadi pengalaman perdana di Kota Solo. Dari sisi aturan busana penonton misalnya, tidak ada konsekuensi yang bersifat menghukum ketika penonton tidak mematuhinya.
Hanya saja sejak jauh-jauh hari, penyelenggara sudah menetapkan aturan dan sifatnya masih mengedukasi dan mengenalkan kepada masyarakat tentang tata aturan menonton philharmony. “Sebetulnya khususnya dresscode, dianjurkan saja untuk menghormati orkestra.
Tapi kita sudah umumkan dan mereka pun membeli tiket harus sudah membaca. Tapi ini masih pertama kali, jadi memang butuh edukasi dulu,” kata Tiara saat berbincang dengan Solopos.com di Edutorium UMS.
Ia juga mengulas konsep A Night at The Orchestra Chapter 4 di Solo merupakan garapan Ahmad Dhani dan Guntur Nur Puspito sebagai konduktor yang diaransemen menjadi sajian orkes philharmony. “Musiknya ditulis ulang oleh Mas Dhani dan Mas Guntur sebagai pemilik dan tetua. Kita bikin song list dan ditulis ulang secara orkestra,” pungkasnya.
Salah satu penonton asal Tasikmadu, Karanganyar, Aulia, 18, menceritakan pengalaman perdananya menonton philharmony. Ia nantinya akan datang bersama orang tuanya dan merogoh kocek Rp4,3 juta untuk tiga tiket.
Aulia tiba di Edutorium UMS pukul 12.45 WIB dan harus menunggu 15 menit hingga redeem tiket dilayani. Saat ia tiba, antrean cukup panjang. Ia pun baru bisa menukar tiket dengan wristband pukul 14.30 WIB.
Ia juga tak tahu ada aturan berbusana dalam konser yang akan digelar besok. Ia tak menyadari konser besok merupakan konser philharmony yang memang mengharuskan penontonnya untuk berpakaian rapi.
Akhirnya ia membeli blazer agar sesuai dengan aturan berbusana yang ditetapkan. “Aku sendiri sampai beli blazer karena ini baru pertama kali lihat Dewa-19 dengan konsep seperti ini,” kata dia saat berbincang dengan Solopos.com di area parkir Edutorium UMS. (Red)